Senin, 19 Maret 2018

(081235558859) Harga Kubah Masjid Fiber




Harga Kubah Masjid Fiber


Pembangunan masjid yang menjadi sarana ibadah bagi umat muslim seluruh Indonesia akhir – akhir ini memang semakin sering ditemui. Salah satu bentuk ornament yang seringkali dikaitkan dengan pembangunan suatu masjid adalah kubah. Pemilihan jenis kubah masjid juga menjadi hal yang sangat penting mengingat fungsinya yang tidak hanya sebagai pelindung tetapi juga sebagai daya tarik masjid itu sendiri. Salah satu jenis kubah adalah yang dari bahan fiber. Disini kami juga akan menuliskan harga kubah masjid fiber yang tentunya akan sangat bervariasi sesuai kebutuhan konsumen.
Kubah masjid fiber merupakan suatu jenis kubah yang terbuat dari bahan dasar fiber. Namun kubah jenis ini masih jarang digunakan di daerah perkotaan maupun pedesaan. Bahan fiber atau yang biasa disebut serat adalah suatu jenis bahan berupa potongan – potongan komponen yang membentuk jaringan memanjang yang utuh sesuai dengan sebutannya. Serat yang paling sering dijumpai adalah yang terdapat pada kain, namun seiring berkembangnya zaman fiber mulai digunakan untuk keperluan di bidang pembangunan termasuk juga kubah masjid.
Ketersediaan kontraktor yang menggunakan kubah masjid dengan bahan fiber sebagai salah satu produknya masih sangat terbatas. Tentunya harga yang ditetapkan juga cukup tinggi jika dibandingkan kubah dari bahan lain nya. Namun semua harus dikembalikan kepada konsumen yang diharuskan lebih cermat memilih agar dapat terpenuhi tujuan pemasangan kubah di bangunan masjid.
Di perusahaan kami PT. Anugerah Kubah Indonesia tersedia berbagai macam jenis kubah masjid, salah satunya adalah kubah dari bahan fiber. Harga yang kami sediakan cukup terjangkau, segeralah hubungi nomer ini : 081235558859. Sebagai konsumen yang cerdas anda dapat memilih kontraktor penyedia kubah yang dengan kualitas terbaik dan harga bersahabat.

Rabu, 14 Maret 2018

081235558859 || Masjid Agung Sang Cipta Rasa – Masjid Kasepuhan Cirebon


Masjid Agung Sang Cipta Rasa –  Masjid Kasepuhan Cirebon

Di daerah Cirebon Jawa Barat terdapat sebuah masjid yang sudah lama dibangun. Masjid itu dinamakan masjid Agung Sang Cipta Rasa atau dikenal juga dengan nama Masjid Agung Kasepuhan dan Masjid Agung Cirebon. Masjid Agung Sang Cipta Rasa merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia karena telah dibangun pada tahun 1480 M. Pembangunan masjid Agung Sang Cipta Rasa didirikan pada masa wali songo pada saat penyebaran islam di tanah Jawa sedang gencar-gencarnya. Masjid ini memiliki arti sendiri dari kata ‘Sang’ yang bermakna ‘Keagungan’, ‘Cipta’ yang berarti ‘Dibangun’ dan ‘Rasa’ memiliki arti ‘Digunakan’.

Dikabarkan pembangunan masjid Sang Cipta Rasa melibatkan lima ratus orang yang didatangkan dari Majapahit, Demak, dan dari kota Cirebon sendiri. Ketika pembangunannya akan di mulai, Sunan Gunung Jati memilih Sunan Kalijaga untuk menjadi arsitek Masjid Sang Cipta Rasa. Selain Sunan Kalijaga, Sunan Gunung Jati juga memilih Raden Sepat yaitu seorang arsitek Majapahit yang menjadi tawanan perang Demak-Majapahit untuk membantu Sunan Kalijaga mendesain masjid tersebut. Raden Sepat mendesain masjid dengan ruang utamanya berbentuk bujur sangkar dengan luas 400 meter persegi. Tempat imam pun menghadap ke barat dengan kemiringan 30 derajat arah barat laut.
Masjid Sang Cipta Rasa memiliki lima ruang utama, tiga serambi dan ruang belakang. Di bagian ruang utama sebelumnya para jamaah akan melewati pintu yang berjumlah sembilan. Jumlah ini juga sebenarnya melambangkan Wali Songo atau Sembilan Wali. Karena masyarakat Cirebon pada dahulu kala terdiri dari berbagai etnik, tak heran bangunan masjid pun desainnya memadukan dari gaya Demak, Majapahit dan Cirebon. Sunan Kalijaga membuat ukiran bunga teratai yang begitu indah pada bagian mihrab masjid. Selain ukiran tersebut, di bagian mihrab terdapat tiga buah ubin yang melambangkan tentang tiga pokok ajaran agama, antara lain yaitu Iman, Islam dan Ihsan. Pada masa awal pendirian masjid, konon ubin yang ada didalam masjid di pasang langsung oleh Sunan Gunung Jati, Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga. Dibagian ruang utama juga merupakan bangunan yang masih asli tanpa ada perubahan sejak awal didirikannya masjid ini.
Sedangkan dibagian beranda masjid sebelah samping kanan atau utara terdapat Banyu Cis Sang Cipta Rasa yang biasanya ramai dikunjungi oleh masyarakat sekitar. Terutama di bulan Ramadhan pengunjung bertambah banyak tak hanya berasal dari wilayah Cirebon namun hingga luar Cirebon. Sumur ini memiliki dua kolam diyakini masyarakat sekitar berkhasiat untuk mengobati penyakit dan dapat juga berfungsi untuk menguji kejujuran seseorang. Dibagian serambi selatan disebut juga dengan bangsal prabayaksa atau dalam bahasa Jawa kuno dapat diartikan ruang pertemuan.

Masjid Sang Cipta Rasa memiliki warna merah bata dibagian tembok yang membuat masjid ini terlihat lebih berwibawa dengan pagar temboknya memiliki ukuran ketebalan 40 cm dan tinggi 1,5 m. Meskipun telah dibangun sejak lama, namun masjid ini masih berdiri kokoh dan keaslian masjid masih tetap dijaga sampai sekarang. Atap masjid pun masih berwarna hitam tanah. Karena masjid Sang Cipta Rasa dibangun bersamaan dengan berdirinya Keraton Kasepuhan, tak heran jarak antara masjid dan keraton hanya terpisah oleh alun-alun kecil. Itulah mengapa beberapa memberikan nama Masjid Keraton.
Hingga saat ini masjid yang telah lama dibangun tersebut masih terpancar aura kebesaran di masa lalu. Selain itu, kombinasi antara arsitektur masa lalu, tata wilayah yang menunjukan kekhasan daerah itu sebagai pusat kota dan pulasan warna di dinding masjid, sangat menunjukan kekokohan dan kemegahan masjid di zamannya.

081235558859 || Masjid Al-Makmur, Tanah Abang Jakarta


Masjid Al-Makmur, Tanah Abang Jakarta

Tak hanya terkenal dengan pasar grosir (terutama produk tekstil) terbesar di Indonesia hingga Asia Tenggara, Tanah Abang Jakarta memiliki sebuah masjid yang sudah berumur sangat tua. Masjid tersebut bernama “Masjid Jami’ Al-Makmur Tanah Abang”, namun terkenal juga dengan nama “Masjid Al Makmur” saja.
Masjid Al-Makmur  mempunyai sejarah yang sangat berhubungan erat dengan sejarah Tanah Abang Jakarta. Karena sudah berusia ratuan tahun, Masjid Al-Makmur merupakan salah satu Masjid tertua di Jakarta yang masih dijaga dan dirawat hingga saat ini. Pada tahun 1704 Masjid Al-Makmur mulai dibangn oleh bangsawan Kerajaan Islam Mataram pimpinan KH. Muhammad Asyuro.

Pada masanya, Masjid Al-Makmur berada di sekeliling rumah-rumah penduduk. Namun sekarang sangat jarang ditemukan pemukiman penduduk disekitar masjid tersebut karena terdapat berbagai pusat perdagangan Tanah Abang. Seiring dengan perubahan waktu, perkembangan perekonomian di Tanah Abang semakin pesat hingga saat ini. Hal tersebut berdampak pada masjid Al-makmur karena pada bagian halaman Masjid terus tergerus untuk di gunakan sebagai sarana pelebaran jalan maupun sebagai area parkir kendaraan. Hal ini memang sangat memprihatinkan, tapi paling tidak keaslian dari bangunan Masjid tidak sampai dirusak.
Masjid yang penuh dengan nilai sejarah lebih dari 3 abad lalu ini dibangun oleh seorang Ulama berama “KH. Muhammad Asyuro” pada tahun 1704 Masehi, dengan ukuran pertama kali sebesar mushola saja, yaitu sekitar 12 x 8 meter. Sampai pada abad 20 masjid ini terus dijaga oleh keturunan beliau, mulai dari putranya KH. Abdul Murod Asyuro dan KH. Abdul Somad Asyuro.
Tepatnya pada tanggal 30 Agustus 1735 masjid ini selesai dibangun, kemudian dari waktu tersebut juga secara bersamaan Yustinus Vinck, seorang tuan tanah Belanda mulai mendirikan proyek sebuah pasar di Tanah Abang yang hanya buka pada hari sabtu saja. Sampai sekarang julukan “Pasar Sabtu” masih tetap melekat pada pasar di Tanah Abang tersebut.
Pada zaman dulu kampung tanah abang pada masa KH. Muhammad Asyuro hanya terdiri dari beberapa kepala keluarga saja, namun seiring berkembang dan bertambahnya jumlah penduduk, para tokoh masyarakat Tanah Abang mulai bersepakat untuk memperluas Mushola / Langgar tersebut menjadi 44m x 28m. Masjid tersebut kemudian dipugar diatas tanah wakaf dari seorang keturunan arab, “Habib Abu Bakar Bin Muhammad Bin Abdurrahman Al-Habsyi”, sekaligus keturunan langsung dari Rasulullah SAW.

Habib Abu Bakar mewakafkan tanah seluas 1.142 meter persegi, serta mendanai sebagian besar kebutuhan pembangunan masjid saat itu. Beliau juga telah mendirikan yayasan yatim piatu Daarul Aitam yang terletak di satu jalan yang sama dengan masjid.
Dilanjutkan pada tahun 1932, pemugaran masjid diperluas kembali sampai 508 meter persegi kearah utara. Perluasan tersebut berlokasi di tanah yang diwakafkan oleh Salim Bin Muhammad bin Thalib, lalu ditambahkan pula sebidang tanah seluas 525 meter persegi dibagian belakang masjid pada tahun 1953. Sampai saat ini total luas keseluruhan masjid adalah 2.175 meter persegi.
Sedangkan untuk Ranah Arsitektur, gaya bangunan yang diadopsi adalah gaya Timur Tengah dipadukan dengan nuansa modern. Kubah utama berwarna hijau dan bisa dilihat dari segala arah, lalu kesan klasik juga bisa dirasakan pada saat berada dialam masjid. Beberap kusen pintu dan jendela merupakan gaya arsitektur pada sekitar abad 17.
Masjid ini memiliki 2 menara pendek yang mengapit 3 pintu masuk. Sedangkan untuk bagian bawah, terdapat bentuk segi empat yang mengecil, dimana menyerupai topi bishop.  Lalu puncak menara tersebut diberi kubah-kubah kecil bawang seperti lazimnya masjid yang berada di Indonesia.
Masjid yang mampu menampung sekitar 5.200 jamaah ini mempunyai 3 makam yang dikeramatkan, yang merupakan makam pendiri serta pewakaf tanah masjid tersebut.

Selasa, 13 Maret 2018

081235558859 || Masjid Raya Senapelan – Pekanbaru Riau


Masjid Raya Senapelan – Pekanbaru Riau

Masjid yang diberi nama “Senapelan” ini merupakan masjid yang dibangun sekitar abad ke-18, atau sekitar tahun 1762 Masehi. Pada masa pembangunannya adalah pada masa pemerintahan Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah, dilanjutkan pada kekuasaan Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah.
Memang membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membangun masjid ini. Karena pada saat itu, teknologi pembangunan insfrastruktur dan bangunan belum semaju sekarang.

Pembangunan masjid ini tepatnya pada saat Kerajaan Siak masih di atas awan / pada puncak kejayaannya, dimana sang raja Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah beserta putranya selalu menerapkan tiga untuk yang akan menyelamatkan kehidupan manusia, yaitu : Raja, Adat, dan Agama.
Raja disini dimaksudkan sebagai pemimpin yang amanah, tidak korup, peduli terhadap rakyat miskin dan lain-lain. Lalu Adat dimaksudkan bahwa penyebaran Islam adalah lewat kebudayaan masyarakat, jika agama tanpa budaya tidak akan terlaksana, sedangkan jika budaya tanpa didasari dengan keyakinan muslim yang kuat, maka yang terjadi adalah kesalahpahaman antara dua hal tersebut. Ketiga aspek tersebut dipegang teguh oleh sang raja dimanapun berada, jika sang raja membangun tempat kekuasaan baru, maka 3 bangunan berupa Kerajaan, Balai Kerapatan, serta Masjid akan dibangun kembali sebagai simbol Raja, Adat serta Agama yang saling berkesinambungan satu sama lain.
Masjid Senapelan juga biasa disebut dengan “Masjid raaya Pekanbaru”, karena memang ibukota Kerajaan Siak sebelumnya dipindahkan dari wilayah Mempura Besar ke Bukit Senapelan (Kampung Bukit). Pemindahan tersebut terjadi pada masa Sultan Jalil Alamudin, kemudian Masjid Senapelan berubah namanya menjadi “Masjid Alam”.
Memang dalam perkembangannya, masjid ini sudah beberapa kali berganti nama, mulai dari “Masjid Alam”, kemudian berubah menjadi “Masjid Nur Alam”, dan sekarang menjadi “Masjid Senapelan Pekanbaru, atau Masjid Raya Pekanbaru”.
Konon menurut masyarakat setempat, diareal masjid ini terdapat sumur yang dikeramatkan. Banyak orang yang datang demi tujuan untuk memohon kesembuhan dari penyakitnya, membayar nadzar, ataupun niat yang lainnya.

Masjid yang beralamatkan lengkap di Kecamatan Senapelan, Pekanbaru, Riau ini telah mengalami beberapa Renovasi. Yaitu pada tahun 1755 M, Renovasi dilakukan dengan pusat pelebaran daya tampung masjid. Lalu pada tahun 1810 M, pada masa pemerintahan Sultan Syarif Ali Jalil Syaifuddin, masjid ini kembali direnovasi dengan menambahkan fasilitas tempat berteduh untuk pada peziarah makam disekitar areal masjid. Dilanjutkan pad tahun 1940 M, ditambahkan sebuah pintu gerbang masjid yang menghadap ke arah timur.
Renovasi yang terakhir, yang terjadi pada tahun 1940 M merupakan hampir renovasi total dari masjid yang bisa disebut sudah “sangat tua” yaitu dari tahun pembangunannya 1755 sampai pada tahun 1940. Ini artinya masjid tersebut sudah berusia hampir 2 abad lamanya.
Renovasi total dilakukan karena masjid ini dinilai sudah tidak layak pakai, apalagi dari segi bangunannya yang sudah banyak yang rusak ditelan waktu. Untuk bagian renovasi yang paling terlihat adalah pada bagian arsitektur kubahnya, yang semula bergaya Kubah Bawang, menjadi Kubah dengan gaya khas negara Timur Tengah yang saat ini sedang menjadi trend di Indonesia. Kubah yang digunakan berjenis Kubah Beton yang bisa bertahan hingga puluhan tahun.
Selain digunakan untuk tempat beribadah masyarakat sekitar, masjid ini juga sudah menjadi tempat tujuan wisata religius dari dalam negeri maupun mancanegara. Termasuk didalamnya terdapat beberapa fasilitas pendidikan Madrasah, yang dibangun untuk mencerdaskan kehidupan anak-anak diwilayah sekitar masjid.

081235558859 || Masjid Raya Bandung


Masjid Raya Bandung

Bandung terkenal dengan beberapa tempat wisata dan juga cuaca nya yang selalu sejuk. Kota ini merupakan kota metropolitan yang sangat padat di Jawa Barat. Bandung juga dikenal dengan sebutan kota “Kembang” karena pada zaman dahulu dikota tersebut terdapat kembang-kembang dan pepohonan yang sangat cantik. Hingga kini pun Bandung masih memiliki keindahan dari bunga dan pepohonan meskipun sekarang Bandung dipenuhi oleh berbagai macam bangunan yang sangat menarik.

Jika ingin melakukan wisata sejarah, kuliner hingga berbelanja, Bandung adalah kota yang sangat cocok untuk menjadi tujuan utama. Berbagai tempat yang sangat menarik, macam-macam makanan dan juga beberapa mall berada di Bandung. Tak hanya itu, beberapa tempat wisata pun banyak tersedia di Bandung dan selalu dipenuhi oleh berbagai orang dari luar Bandung. Contohnya seperti Tangkuban Perahu, Kawah Putih, Trans Studio Bandung, Braga Street, Kampung Gajah, Farm House dan tempat-tempat wisata lainnya. Tak heran Bandung selalu ramai dikunjungi oleh para wisatawan domestik bahkan wisatawan luar negeri.

Tak hanya berbagai tempat wisata dan beragam makanan yang sangat enak dan lezat, Bandung juga memiliki bangunan yang sangat menarik dan megah. Salah satu bangunan tersebut merupakan sebuah tempat ibadah umat islam yaitu Masjid Raya Agung. Masjid ini berada di dekat alun-alun kota Bandung dan menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Masjid Raya Bandung pertama kali dbangun pada tahun 1810 berdiri diatas tanah seluas 23.448 mdengan luas bangunan masjid mencapai 8.575 m2. Termasuk masjid yang memiliki bangunan besar, di tempat ini dapat menampung jamaah hingga berjumlah 13.000 jamaah. Sejak didirikan masjid Raya Bandung telah terjadi perombakan sebanyak delapan kali yang terjadi pada abad ke-19 lalu lima kali di abad 20 dan terakhir direnovasi kembali pada tahun 2001 hingga peresmian masjid tersebut dilaksanakan pada 4 Juni 2003. Peresmian Masjid Raya Bandung saat it di resmikan oleh H.R Nuriana yang merupakan Gubernur Jawa Barat pada masanya.

Sebelumnya masjid Raya Bandung memiliki ciri khas dari coraknya Sunda, namun kini masjid tersebut memiliki corak Arab. Masjid ini juga di hiasi dengan dua menara yang menjulang tinggi mencapai 81 meter di sebelah kiri kanan masjid. Menara tersebut selalu dibuka untuk umum pada hari Sabtu dan Minggu. Pada bagian atap masjid diganti menjadi satu kubah besar pada atap tengah dan pada atap kiri kanannya terdapat kubah yang lebih kecil, sebelumnya atap bangunan masjid ini adalah atap joglo.

Selain itu, banguan masjid terdahulu bentuknya berupa panggung tradisional sederhana, tiangnya menggunakan kayu dan pada bagian dindingnya berasal dari anyaman bambu. Di tempat itu  juga dulu terdapat sebuah kolam yang digunakan para jamaah untuk berwudhu. Telah terjadi salah satu perombakan pada tahun 1850 atas instruksi dari Bupati R.A Wiranatakusumah IV. Setelah selesai, bangunan masjid tersebut terlihat megah hingga diabadikan ke dalam sebuah lukisan oleh pelukis dari Inggris yang bernama W Spreat di tahun 1852.
Namun seiring dengan perkembangan zaman, kini masjid Raya Bandung disulap menjadi masjid yang sangat megah dengan berbagai hiasan dari ornamen ukiran islam dengan mengutamakan seni budaya islami tatar Sunda. Dihalam masjid terdapat sebuah halaman yang sangat luas dan indah selalu dikunjungi oleh orang-orang ketika di hari libur atau di akhir pekan.

Senin, 12 Maret 2018

081235558859 || Masjid Luar Batang Penjaringan Jakarta


Masjid Luar Batang Penjaringan Jakarta

Masjid Luar Batang merupakan masjid yang tak bisa dipisahkan dari seluruh sejarah berdirinya kota Jakarta.  Di sekitar area masjid terdapat makam seorang ulama besar Indonesia yang bernama “Habib Husein Bin Abubakar Bin Abdillah Al-Aydrus”, atau lebih dikenal sebagai “Habib Luar Batang” pada masa itu.

Bahkan dari zaman dulu, makam Habib tersebut disebut-sebut oleh bangsa VOC Belanda sebagai makam keramat Luar Batang. Detail tahun pembangunan Masjid Luar Batang memang tidak jelas, namun masjid ini di klaim sebagai masjid paling tua di Daerah Khusus Ibukota Jakarta, yang dibangun pada saat Habib Luar Batang masih sugeng (hidup), yaitu sekitar tahun 1730-1750-an.
Ada cerita tutur yang mengatakan kekeramatan Habib Luar batang pada saat wafat, pemerintah VOC pada kala itu melarang pemakaman dilakukan di daerah tersebut, namun harus dimakamkan di sekitar Tanah Abang.  Ketika akan dimakamkan, jenazah sang ulama digotong menuju ke pemakaman tanah abang, kemudian hal ajaib terjadi yaitu jenazah tersebut hilang. Kemudian para pelayat pulang lagi ke kediaman beliau dan ternyata jenazah sang Habib masih berada disana.
Penggotongan jenazah dilakukan sebanyak 3 kali, namun hal yang sama selalu terjadi lagi. Akhirnya masyarakat Luar Batang sepakat untuk memakamkam sang Habib di sebelah Musholla yang didirikannya. Sejak saat itu Musholla tersebut lebih dikenal dengan nama “Luar Batang”.

Masjid yang beralamatkan di Jln. Luar Batang, Kampung Luar Batang, Penjaringan, Jakarta Utara ini menurut pemerintah setempat diperkirakan dibangun pada tahun 1739. Dibangun langsung oleh Habib Husein Luar Batang, dengan luas hanya sebesar 6 meter persegi saja. Bangunan masjid ini terbuat dari bahan baku kayu dipoles dengan gaya Khas Betawi, dengan kubah bawang kecil.
Didalam masjid terdapat sebuah ukiran batu yang menjelaskan bahwa Habib Husein Luar Batang wafat pada hari kamis 27 Ramadhan 1169 / 24 Juni 1756. Kemudian diatas pintu masjid tertulis tentang tanggal berdirinya masjid yaitu 20 Muharram 1152 H / 29 April 1739 M.
Setelah 3 abad berlalu dari pendirian masjid, saat ini bekas-bekas peninggalam sejarah masjid tersebut sudah hampir tidak bersisa lagi. Apalagi, sudah dilakukan perombakan total oleh pemerintah DKI pada tahun 1992, dengan merubah seluruh bangunan, termasuk kubah bawang yang dirubah menjadi kubah joglo / kubah limas tradisional DKI Jakarta.
12 tiang yang sebelumnya berbahan kayu dibongkar dan digantikan dengan pilar berbahan beton, sementara lantai yang semula juga dari kayu saat ini dirubah menjadi keramik dan batu granit. Hal-hal yang disisakan pada masjid tersebut hanya bahan bangunan masjid yang terbuat dari kayu jati asli, serta beberapa prasasti di makam Habib Husein Luar Batang.
Meskipun saat ini memang bangunannya tidak klasik / kuno lagi, namun pemerintah DKI Jakarta tetap memberikan mandat tentang pelestarian situs bersejarah tersebut. Karena memang mengandung sejarah yang sangat panjang dari abad ke-17.
Masjid Luar Batang sampai saat ini pun masih seperti magnet yang menarik para wisatawan serta jamaah shalat. Berbagai fasilitas juga turut dilengkapi seperti area parkir yang luas, air bersih untuk berwudlu, serta perbaikan beberapa pelataran masjid yang bisa digunakan untuk sekedar beristirahat.

Makam Habib Husein bahkan tidak hanya terkenal pada kawasan lokal saja, namun banyak dari keturunan Tionghoa yang masih sering berziarah ke makam tersebut. Bahkan, saat ini tidak hanya wisatawan lokal saja yang berkunjung, banyak wisatawan dari Malaysia, Brunei, Singapura, Filipina, Iran bahkan Irak juga sering berziarah untuk mendoakan beliau.
Puncak kekeramatan dan keramaian pada Makam Besar Habib Luar Batang biasanya terjadi pada saat peringatan Maulid Nabi Muhamad SAW dilaksanakan. Sekitar lebih dari 5000 peziarah pasti hadir untuk memeriahkan acara tersebut dengan tradisi khataman dan bersholawat bersama.

081235558859 || Masjid Luar Batang Penjaringan Jakarta


Masjid Agung Nurul Ikhlas Cilegon

Di Provinsi Banten atau tepatnya di kota Cilegon, terdapat sebuah masjid besar dan sangat terkenal. Masjid tersebut adalah masjid Agung Nurul Ikhlas yang berada di sebelah ruas jalan Sultan Ageng Tirtayasa 2 di pusat kota Cilegon. Tempatnya cukup strategis karena berseberangan dengan kediaman dinas Walikota Cilegon dan berada diantara pertokoan sebagai pusat bisnis.
Masjid Agung Nurul Ikhlas terkenal dari kemegahan bangunannya yang dapat dilihat dari empat buah menara menjulang tinggi dan memiliki bentuk unik. Tak hanya itu, masjid ini memiliki kubah seperti kubah masjid Nabawi yang berwarna hijau. Itulah yang menjadikan masjid Agung Nurul Ikhlas populer sehingga selalu dikunjungi oleh berbagai orang dan menjadi daya tarik tersendiri di kota Cilegon.

Masjid Agung Nurul Ikhlas dibangun di atas tanah seluas 3600 m2 dan telah berdiri sejak masa penjajahan Belanda. Tapi pada kala itu, bangunan masjid Agung Nurul Ikhlas tidak semegah dan sebesar saat ini. Selain itu, pada zamannya, masjid Agung Nurul Ikhlas telah memiliki menara namun tidak setinggi menara masjid yang tinggnyai seperti sekarang. Lalu Renovasi dilakukan dengan menambah ukuran masjid serta menambah ketinggian menara.
Renovasi setidaknya dilakukan sebanyak tiga kali, kemudian pembangunan ulang dilakukan secara total, sehingga akhirnya menghasilkan menjadi masjid yang sangat megah saat ini. Pada tahun 2006 tepatnya di bulan Februari, Pemda Cilegon memulai pembangunan renovasi masjid yang menghabiskan dana sebesar 23 miliar untuk pemugaran total masjid Agung Nurul Ikhlas. Lalu pada tanggal 27 Maret 2009, masjid ini telah resmi difungsikan oleh Menteri Agama RI H. Maftuh Basuni dan Waikota H. Tb. Aat Syafa’at sebagai tempat ibadah umat Muslim.
Masjid Agung Nurul Ikhlas memiliki tiga lantai yang terdiri dari lantai basemen dengan luas 1.175 m2, lantai dasar seluas 1.72 m2 dan lantai satu dengan luas 1.073 m2. Pada bagian basemen digunakan untuk tempat berwudhu dan toilet sebagai area pendukung. Sedangkan ruang shalat utamanya berada di lantai dasar, lalu lantai satu dikhususkan untuk ruang shalat wanita atau ruang tambahan saat melaksanakan shalat jum’at ataupun shalat idul Fitri dan Idul Adha.
Jika ingin memasuki lantai pada bagian atas, disediakan tangga yang dibangun diluar masjid. Tangga tersebut mengarah pada empat pintu besar dan terhubung langsung pada ruangan utama untuk shalat. Sedangkan area parkir di masjid Agung Nurul Ikhlas tidak terlalu luas, hanya memiliki daya tampung kendaraan yang sangat terbatas.
Ketika pembangunan masjid Agung Nurul Ikhlas dilakukan, bahan-bahannya menggunakan material yang sangat berkualitas. Bahkan marmer berwarna putih, abu-abu dan hitam mendominasi tiap interior dan eksterior masjid. Hal itu membuat kesan masjid ini memiliki nuansa sejuk di tengah sebuah kota panas. Desain yang dimiliki masjid ini pun sangat modern sesuai dengan kota Cilegon yang merupakan salah satu kota metropolitan yang ada di Nusantara.

Pada kubah masjid dicat dengan warna hijau terlihat sangat asri dan nyaman dipandang. Ditambah dengan empat menara yang menjulang setinggi 55 meter membuat masjid Agung Nurul Ikhlas semakin mempesona. Selain itu kesan modern pun dapat dilhat dari detail menara dan kubah masjid. Kubah masjid Agung Nurul Ikhlas hampir sama dengan kubah dari tipe flannel enamel, namun perbedannya hanya pada tampilan luar kubah flannel enamel berbentuk belah ketupat sedangkan kubah masjid ini diberikan motif ditampilan luarnya.

(081235558859) Harga Kubah Masjid Fiber

Harga Kubah Masjid Fiber Pembangunan masjid yang menjadi sarana ibadah bagi umat muslim seluruh Indonesia akhir – akhir ini memang ...